HINGGA saat ini, masih banyak pemilik kendaraan yang masih bingung dalam memilih BBM (Bahan Bakar Minyak) jenis apa yang pas untuk tunggangan kesayangannya. Oleh karena itu, Kanal Otomotif kembali menurunkan artikel ini sebagai pencerahan.
Bahan bakar minyak (orang sering menyebut “bensin”) atau dengan nama lain petrol (biasa disebut gasoline di Amerika Serikat dan Kanada) adalah cairan olahan dari minyak bumi yang sebagian besar tersusun dari hidrokarbon yang digunakan pada mesin pembakaran dalam (internal combustion engine/ICE).
BBM memiliki nilai oktan yaitu angka yang menunjukkan berapa besar tekanan maksimum (kompresi) yang bisa diberikan di dalam mesin sebelum bensin terbakar secara spontan.
Pasalnya, campuran bbm dan udara (berbentuk gas) dapat terbakar sendiri sebelum terkena percikan api busi ketika ditekan oleh piston saat langkah kompresi. fenomena ini disebut dengan istilah knocking alias ngelitik.
Makin tinggi angka oktan, makin kuat ia menahan kompresi. Oleh karena itu, makin tinggi perbandingan kompresi mesin, makin tinggi angka oktan bensin yang dibutuhkan.
Untuk mengetahui jenis bbm apa yang dibutuhkan oleh kendaraan, kita bisa melihat spesifikasi mesinnya. Produsen kendaraan umumnya mencantumkan angka rasio kompresinya.
Untuk kendaraan berkompresi antara 7:1 hingga 9:1,cukup mengkonsumsi bensin premium dengan angka oktan 88. Sementara mesin dengan kompresi 9,1:1 sampai 10:1 sebaiknya menggunakan pertamax atau bensin sejenis yang memiliki angka oktan 92.
Untuk kendaraan dengan mesin betkompresi tinggi dengan perbandingan 10,1:1 keatas sebaiknya menggunakan pertamax plus dengan kadar oktan 95.
Bagaimana jika penggunaan bahan bakar tidak tepat?
Penggunaan bensin beroktan rendan pada mesin dengan kompresi tinggi sangat tidak dianjurkan.
Campuran bensin dan udara dalam silinder mesin akan terbakar dengan sendirinya sebelum busi menyala sehingga timbul suara ngelitik. Ledakan prematur tadi justru akan menahan langkah piston menuju puncak.
Ketika busi menyala pun, hanya tinggal sedikit campuran bahan bakar dan udara yang bisa dibakar sehingga ledakan yang dihasilkan menjadi lemah alias tidak optimal. Padahal saat itulah dibutuhkan ledakan untuk mendorong piston sekuat mungkin guna memutar poros engkol.
Dampaknya, tenaga mesin pun turun drastis, sementara emisi gas buang bertambah dan penggunaan bahan bakar menjadi lebih boros karena bensin yang masuk dalam mesin tidak sepenuhnya dikonversi menjadi tenaga gerak akibat proses pembakaran tidak berjalan sempurna.
Dengan kata lain, jika mesin berkompresi tinggi dipaksakan mengkonsumsi bensin beroktan rendah atas nama untuk penghematan, itupun akan jauh panggang dari api. Karena selain konsumsi bensin justru lebih boros, mesin akan lebih sering bermasalah akibat ‘kurang vitamin’.
Bahkan pada kondisi-kondisi tertentu, ledakan prematur yang berkesinambungan tadi sanggup menciptakan panas berlebihan di kepala piston yang dapat menyebabkan jebolnya kepala piston.
Sebaliknya, untuk mesin berkompresi rendah juga sebaiknya tidak mengkonsumsi bensin beroktan tinggi. Selain harga bensinnya yang lebih mahal dan justru menjadi boros dalam hal biaya, cara ini tidak membuat performa mesin meningkat secara signifikan. Kalaupun ada peningkatan, hal itu tidak lebih akibat dari sugesti yang Anda tumbuhkan.
Gunakan bbm dengan oktan yang sesuai dengan kebutuhan mesin Anda.
Kompresi mesin vs angka oktan bbm
1:7 – 1:9 menggunakan 88 (Premium)
1:9,1 – 1:10 menggunakan bensin beroktan 92 (Pertamax)
1:10,1 – 1:11 menggunakan bensin beroktan 95 (Pertamax Plus).
CATATAN:
Angka-angka di atas ini tidak berlaku bagi mesin-mesin yang menggunakan perangkat forced induction seperti turbocharger dan supercharger.
Umumnya, mesin dengan berfitur forced induction memiliki perbandingan kompresi yang rendah, bahkan lebih rendah dibanding mesin konvensional berkompresi rendah. Meskipun demikian, mesin-mesin dengan turbo maupun supercharger tidak disarankan menggunakan bensin beroktan rendah.
Fungsi supercharger maupun turbocharger adalah untuk memaksa dan mempercepat udara sebanyak-banyaknya masuk ke dalam silinder. tambahan udara inilah yang menyebabkan tekanan kompresi pada mesin turbo tetap tinggi akibat udara yang masuk lebih padat.
Jadi, mesin tersebut tetap membutuhkan oktan bahan bakar yang tinggi.
Memilih BBM yang Tepat untuk Kendaraan